Rekomendasi saham emiten properti saat ini Bagus Sekali Untuk Di Simak
(Properti Indonesia)JAKARTA. Di Tahun ini diperkirakan akan menjadi tahun kebangkitan industri properti. Dimana sejumlah analis melihat penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) yang akan menjadi katalis positif yang akan menopang pertumbuhan emiten properti.
Sepanjang tiga bulan pertama ini, BI telah tiga kali menurunkan suku bunga. Total penurunan BI rate sepanjang tahun ini mencapai 75% basis poin menjadi 6,75%. Turunnya BI rate tersebut diharapkan bisa mendorong suku bunga kredit tahun ini turun menjadi single digit.
Analis melihat emiten yang akan mendulang untung terbesar dari era suku bunga rendah ini adalah perusahaan yang memiliki porsi KPR besar dalam penjualan properti dan emiten yang memiliki diversifikasi produk.
Gilang Anindito, analis MNC Sekuritas mengatakan, sektor properti akan paling diuntungkan dari penurunan BI rate. "Pasalnya, sebagian besar penjualan properti masih menggunakan KPR." katanya, Jumat (18/3).
Berdasarkan survey yang dilakukan BI pada kuartal IV 2015, sebanyak 75% penjualan properti menggunakan mekanisme KPR.
Merunut data tersebut, Gilang menilai emiten yang memiliki porsi penjualan lewat KPR yang besar akan tersenyum lebih lebar dengan penurunan BI rate. Selain itu, kata dia, dampak paling positif akan dirasakan oleh pengembangan yang dengan proyek residential kelas menengah ke bawah.
Selain itu, menurut Robertus Yanuar Hardy, analis Reliance Sekuritas, emiten yang paling tertolong adalah mereka yang memiliki diversifikasi produk di sektor residensial. "Dengan produk yang bervariasi maka mereka bisa menyasar seluruh segmen," ujarnya.
Robertus memperkirakan tahun ini akan menjadi tahun yang menggembirakan bagi industri properti. Turunnya BI rate akan berimbas pada penurunan suku kredit sehingga penjualan properti di sektor residential akan tumbuh positif.
Senada, Gilang melihat tahun ini akan menjadi awal tahun kebangkitan kembali industri properti setelah melalui masa keterpurukan paling dalam di tahun 2015. Menurutnya, penurunan BI rate tidak hanya akan menopang kinerja emiten-emiten properti tetapi juga akan menyokong pertumbuhan harga sahamnya.
Hanya saja keduanya mengingatkan, penurunan BI rate tidak lantas langsung membuat bisnis properti tumbuh. Pasalnya, butuh waktu dua atau tiga bulan agar suku bunga kredit mengikuti penurunan suku bunga acuan tersebut. "Ini tidak seperti bunga deposito yang langsung turun." ujar Gilang.
Oleh karena itu, Gilang memperkirakan bisnis properti baru akan mulai tumbuh di kuartal II. Sementara menurut Robertus pertumbuhan baru akan dimulai pada semester II mendatang.
Dengan penurunan suku bunga tersebut, Gilang melihat ada potensi bagi emiten properti untuk mengerek target marketing sales tahun ini. Sebab rata-rata emiten memasang target flat tahun ini karena belum memasukkan asumsi penurunan suku bunga.
Theresia Rustadi, Sekretaris Perusahaan PT Intiland Developement Tbk (DILD) mengatakan penetapan target tidak hanya mengacu pada suku bunga. Menurutnya banyak faktor yang perlu diperhatikan terutama dari sisi daya beli masyarakat. Apalagi, lanjutnya, bank tidak langsung serta merta menurunkan bunga kredit dengan penurunan BI rate.
Namun, Theresia bilang, jika dalam perkembangan ke depan pergerakan pasar terus membaik seiring dengan penurunan BI rate tersebut, DILD akan mengkaji untuk merevisi target.
Kendati turunnya BI rate akan menjadi katalis yang sangat positif, Robertus melihat emiten properti tahun ini masih tetap dibayangi tantangan dari kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi. "Masih banyak hal yang harus dilakukan untuk bisa menjaga ekonomi tetap tumbuh," ujarnya.
Di sektor properti, Robertus lebih memilih saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA). SMRA menurutnya akan diuntungkan dengan proyek kereta api cepat Bandung dan CTRA diuntungkan lantaran memiliki diversifikasi produk yang cukup beragam.
Dia merekomendasikan buy SMRA dan CTRA dengan target hargaRp 1.900 dan Rp 1.500. Adapun Gilang memilih saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT PP Properti Tbk (PPRO) dan CTRA dengan target harga masing-masing Rp 2.280, Rp 260 dan Rp 1.500.
Gilang memilih BSDE karena masih memilih lahan yang luas dan menjadi market leader pengembangan proyek di kawasan Serpong. Sedangkan PPRO karena mengembangkan proyek menengah ke bawah dan CTRA lantaran memiliki diversifikasi produk. Kontan Untuk Properti247.
Sepanjang tiga bulan pertama ini, BI telah tiga kali menurunkan suku bunga. Total penurunan BI rate sepanjang tahun ini mencapai 75% basis poin menjadi 6,75%. Turunnya BI rate tersebut diharapkan bisa mendorong suku bunga kredit tahun ini turun menjadi single digit.
Analis melihat emiten yang akan mendulang untung terbesar dari era suku bunga rendah ini adalah perusahaan yang memiliki porsi KPR besar dalam penjualan properti dan emiten yang memiliki diversifikasi produk.
Gilang Anindito, analis MNC Sekuritas mengatakan, sektor properti akan paling diuntungkan dari penurunan BI rate. "Pasalnya, sebagian besar penjualan properti masih menggunakan KPR." katanya, Jumat (18/3).
Berdasarkan survey yang dilakukan BI pada kuartal IV 2015, sebanyak 75% penjualan properti menggunakan mekanisme KPR.
Merunut data tersebut, Gilang menilai emiten yang memiliki porsi penjualan lewat KPR yang besar akan tersenyum lebih lebar dengan penurunan BI rate. Selain itu, kata dia, dampak paling positif akan dirasakan oleh pengembangan yang dengan proyek residential kelas menengah ke bawah.
Selain itu, menurut Robertus Yanuar Hardy, analis Reliance Sekuritas, emiten yang paling tertolong adalah mereka yang memiliki diversifikasi produk di sektor residensial. "Dengan produk yang bervariasi maka mereka bisa menyasar seluruh segmen," ujarnya.
Robertus memperkirakan tahun ini akan menjadi tahun yang menggembirakan bagi industri properti. Turunnya BI rate akan berimbas pada penurunan suku kredit sehingga penjualan properti di sektor residential akan tumbuh positif.
Senada, Gilang melihat tahun ini akan menjadi awal tahun kebangkitan kembali industri properti setelah melalui masa keterpurukan paling dalam di tahun 2015. Menurutnya, penurunan BI rate tidak hanya akan menopang kinerja emiten-emiten properti tetapi juga akan menyokong pertumbuhan harga sahamnya.
Hanya saja keduanya mengingatkan, penurunan BI rate tidak lantas langsung membuat bisnis properti tumbuh. Pasalnya, butuh waktu dua atau tiga bulan agar suku bunga kredit mengikuti penurunan suku bunga acuan tersebut. "Ini tidak seperti bunga deposito yang langsung turun." ujar Gilang.
Oleh karena itu, Gilang memperkirakan bisnis properti baru akan mulai tumbuh di kuartal II. Sementara menurut Robertus pertumbuhan baru akan dimulai pada semester II mendatang.
Dengan penurunan suku bunga tersebut, Gilang melihat ada potensi bagi emiten properti untuk mengerek target marketing sales tahun ini. Sebab rata-rata emiten memasang target flat tahun ini karena belum memasukkan asumsi penurunan suku bunga.
Theresia Rustadi, Sekretaris Perusahaan PT Intiland Developement Tbk (DILD) mengatakan penetapan target tidak hanya mengacu pada suku bunga. Menurutnya banyak faktor yang perlu diperhatikan terutama dari sisi daya beli masyarakat. Apalagi, lanjutnya, bank tidak langsung serta merta menurunkan bunga kredit dengan penurunan BI rate.
Namun, Theresia bilang, jika dalam perkembangan ke depan pergerakan pasar terus membaik seiring dengan penurunan BI rate tersebut, DILD akan mengkaji untuk merevisi target.
Kendati turunnya BI rate akan menjadi katalis yang sangat positif, Robertus melihat emiten properti tahun ini masih tetap dibayangi tantangan dari kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi. "Masih banyak hal yang harus dilakukan untuk bisa menjaga ekonomi tetap tumbuh," ujarnya.
Di sektor properti, Robertus lebih memilih saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA). SMRA menurutnya akan diuntungkan dengan proyek kereta api cepat Bandung dan CTRA diuntungkan lantaran memiliki diversifikasi produk yang cukup beragam.
Dia merekomendasikan buy SMRA dan CTRA dengan target hargaRp 1.900 dan Rp 1.500. Adapun Gilang memilih saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT PP Properti Tbk (PPRO) dan CTRA dengan target harga masing-masing Rp 2.280, Rp 260 dan Rp 1.500.
Gilang memilih BSDE karena masih memilih lahan yang luas dan menjadi market leader pengembangan proyek di kawasan Serpong. Sedangkan PPRO karena mengembangkan proyek menengah ke bawah dan CTRA lantaran memiliki diversifikasi produk. Kontan Untuk Properti247.
Posting Komentar untuk "Rekomendasi saham emiten properti saat ini Bagus Sekali Untuk Di Simak"