Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Properti Masih Investasi Favorit di Tahun 2016

Properti Masih Investasi Favorit di Tahun 2016 - Saat ekonomi sedang lesu, mengakibatkan investasi pun melambat. Tapi, properti bisa tetap menjadi favorit orang Indonesia di antara semua instrumen investasi. Risiko yang bisa lebih ditekan dan diperhitungkan, ini satu alasan kecenderungan properti menjadi pilihan.



Survei dari sebuah lembaga keuangan, menguatkan kecenderungan itu. Banyak orang di Indonesia, menurut survei tersebut, yang merasa sudah berinvestasi ketika telah membeli properti. Investasi properti pun sering kali diklaim banyak orang sebagai dana pensiun.

Risiko yang lebih sedikit, menjadi dasar dari preferensi ini. Sama halnya dengan instrumen investasi lain yang menawarkan banyak keuntungan, properti juga berisiko besar. Namun, risikonya bisa ditekan dengan pilihan investasi ke properti yang prospektif. Berikut ini sejumlah peluang yang bisa meminimalisir risiko berinvestasi di sektor properti ini.

Harga cenderung naik. Di antara lasan orang Indonesia suka berinvestasi dalam bentuk properti adalah harganya yang cenderung naik. Saat ekonomi melemah seperti saat ini, penjualan properti turut melambat tetapi harganya tetap saja tumbuh.

Berdasarkan survei residensial Bank Indonesia untuk kuartal II-2015, harga properti di Indonesia berkembang rata-rata 5,95 persen pada periode tersebut. Besaran pertumbuhan harga antara lain ditentukan oleh pilihan lokasi. Bila lokasi properti tersebut prospektif, harga cenderung naik lebih cepat. Lokasi dengan beragam akses dan punya dukungan infrastruktur yang baik, merupakan satu kriteria prospek tersebut. Kawasan apartemen dengan pusat kegiatan—mulai dari bisnis, komersial, pendidikan, kesehatan, hingga hiburan—bisa menjadi pilihan.


Dua sumber pendapatan. Berinvestasi pada dunia properti, investor bisa memperoleh dua sumber pendapatan, yaitu dari penjualan dan uang sewa. Keuntungan penjualan, capital gain,didapat dari selisih harga beli dan jual. Namun, untuk memaksimalkan keuntungan dari penjualan, beberapa hal harus dicermati. Misalnya, investor harus menghitung semua biaya di luar harga pembelian. Misalnya biaya ongkos notaris, komisi penjualan untuk agen properti, asuransi, bea balik nama, pajak, hingga biaya pemeliharaan. Setelah menghitung total biaya pembelian dan biaya tambahan ini, barulah harga jual yang pas ditentukan. Kalau tidak ingin terburu-buru untuk menjual aset, investor dapat memilih pendapatan dengan menyewakan properti. Penentuan harga sebaiknya juga memasukkan biaya yang mungkin muncul selama masa penyewaan, selain patokan berdasarkan informasi harga di sekitar kawasan.

Kembali ke tujuan investasi. Pada hakikatnya, setiap orang perlu mengetahui dan menetapkan tujuannya menanamkan modal pada instrumen investasi, termasuk ke properti. Belum tentu semua kebutuhan dana di masa depan cocok dipenuhi dengan instrumen investasi pada properti ini. Prospek properti memang cerah, tak terkecuali apartemen. Daya tarik karena kemudahan akses dan lokasi, ditunjang tingkat kebutuhan hunian yang terus meningkat, membuat prospek apartemen tetap melangit. Meski begitu, berinvestasi ke apartemen dan properti tetaplah lebih cocok untuk perencanaan keuangan jangka panjang.(Properti Indonesia)

Posting Komentar untuk "Properti Masih Investasi Favorit di Tahun 2016"