Memasarkan Properti secara Offline
Memasarkan Properti secara Offline - Kalau sebelumnya Nur Rachman Hamidi, membagi tips untuk memasarkan lewat internet. Pada artikel ini, Bobby Arifianto, Direktur PT Artha Mulia Propertindo, akan berbagi tips untuk memasarkan via offline.
Kendati publikasi secara online lebih mendominasi, bukan berarti iklan offline diabaikan begitu saja. Di mata Bobby, mengiklankan properti secara offline hingga kini masih terbukti ampuh.
"Menurut analisa saya, masing-masing kawasan online-offline itu cukup mempengaruhi kriteria konsumen hingga responnya. Di Pondok Indah, sebagian konsumen ternyata lebih tertarik dengan iklan via offline seperti spanduk, dibanding mencari lewat situs online," ujar Bobby.
"Ketika mereka menghubungi kami, mereka bilang tahu infonya lewat spanduk yang dipasang di jalan, bukan melalui iklan yang saya posting di portal online properti," tambah Bobby.
Adapun bentuk publikasi offline yang saat ini masih familiar dan mampu memikat hati calon konsumen adalah spanduk, brosur, lalu koran. Saat hendak menyusun teks dalam spanduk, sebaiknya broker menggunakan gaya bahasa yang disesuaikan dengan properti yang akan mereka dipasarkan.
Pada brosur, gunakan kata-kata yang dapat menarik perhatian pembeli. Adapun untuk koran atau majalah, lebih baik memaksimalkan kalimat yang jelas, singkat, dan padat.
Lalu di manakah posisi terbaik untuk beriklan properti via offline? Bobby berbagi tips untuk properti247.com bahwa majalah komunitas atau kawasan, dan buletin hingga kini masih cukup efektif.
"Kalau spanduk letaknya masih pada umumnya saja, yakni di jalan atau tiang listrik. Tetapi kalau posisi rumah atau tanah serta apartemen yang dipasarkan berada jauh dari jalan utama, baiknya diberi sign atau petunjuk jalan," tambah dia.
"Untuk brosur, saya lebih menyarankan sistem direct dengan membagikan ke rumah-rumah di kawasan sekitar listing properti saya. Jika rumah sedang tak berpenghuni, biasanya saya masukkan brosur ke kotak pos," tambah Bobby. (Properti Indonesia)
Kendati publikasi secara online lebih mendominasi, bukan berarti iklan offline diabaikan begitu saja. Di mata Bobby, mengiklankan properti secara offline hingga kini masih terbukti ampuh.
"Menurut analisa saya, masing-masing kawasan online-offline itu cukup mempengaruhi kriteria konsumen hingga responnya. Di Pondok Indah, sebagian konsumen ternyata lebih tertarik dengan iklan via offline seperti spanduk, dibanding mencari lewat situs online," ujar Bobby.
"Ketika mereka menghubungi kami, mereka bilang tahu infonya lewat spanduk yang dipasang di jalan, bukan melalui iklan yang saya posting di portal online properti," tambah Bobby.
Adapun bentuk publikasi offline yang saat ini masih familiar dan mampu memikat hati calon konsumen adalah spanduk, brosur, lalu koran. Saat hendak menyusun teks dalam spanduk, sebaiknya broker menggunakan gaya bahasa yang disesuaikan dengan properti yang akan mereka dipasarkan.
Pada brosur, gunakan kata-kata yang dapat menarik perhatian pembeli. Adapun untuk koran atau majalah, lebih baik memaksimalkan kalimat yang jelas, singkat, dan padat.
Lalu di manakah posisi terbaik untuk beriklan properti via offline? Bobby berbagi tips untuk properti247.com bahwa majalah komunitas atau kawasan, dan buletin hingga kini masih cukup efektif.
"Kalau spanduk letaknya masih pada umumnya saja, yakni di jalan atau tiang listrik. Tetapi kalau posisi rumah atau tanah serta apartemen yang dipasarkan berada jauh dari jalan utama, baiknya diberi sign atau petunjuk jalan," tambah dia.
"Untuk brosur, saya lebih menyarankan sistem direct dengan membagikan ke rumah-rumah di kawasan sekitar listing properti saya. Jika rumah sedang tak berpenghuni, biasanya saya masukkan brosur ke kotak pos," tambah Bobby. (Properti Indonesia)
Posting Komentar untuk "Memasarkan Properti secara Offline"