Konsep Rumah Pintar/Smart Home Bagi Seorang Arsitek
Rumah Pintar Atau Smart Home adalah sebuah konsep pengendalian peralatan rumah tangga jarak jauh. Awal sejarah pengembangan konsep ini berawal dari penemuan remote control oleh Nicola Tesla pada 1898, dan penemuan berbagai peralatan rumah tangga elektronik pada tahun 1900-an.
Setelah perang dunia kedua, secara tidak langsung penggunaan peralatan rumah tangga elektronik semakin marak dipasarkan karena adanya peningkatan pendapatan dan Peningkatan ekonomi keluarga.
Setelah penemuan microprocessor pada awal 1970-an, model pertama smart home dikembangkan pada 1975 di Amerika Serikat (AS). Alat pertama ini dioperasikan dengan tenaga listrik menggunakan gelombang radio untuk menghantarkan data.
Pada awal 1990-an, teknologi rumah pintar mulai dikembangkan di Belanda bagi lansia, guna membuat hidup mereka menjadi lebih mudah dan nyaman. Pada 1998, eksperimen sistem rumah pintar dikembangkan lebih jauh dan demonstrasi proyek ini dikenalkan pada 2001.
Saat ini penggunaan home automation menggunakan wireless internet technology dan Bluetooth tidak hanya dikendalikan dengan remote melainkan via smartphone.
Lambat laun, penggunaan konsep ini bertumbuh tidak hanya pada peralatan rumah tangga saja, namun untuk mengatur kondisi ruang dalam rumah (pada system HVAC – pemanas air, saluran udara, dan penyejuk udara) dan kondisi keamanan di dalam dan di luar rumah (keamanan rumah, kunci-kunci, dan akses), dan masih banyak lagi.
Perkembangannya di Indonesia
Arsitek Arades Living, Astrid Hapsari Raharjo menuturkan, saat dihubungi Rumah.com, Jumat, teknologi smart home sudah mulai banyak digunakan di Indonesia, walau belum semua pengembang mengaplikasikannya dalam program pembangunan perumahan mereka.
"Hal ini bisa jadi disebabkan oleh mahalnya teknologi tersebut, dan tingkat kebutuhan yang belum cukup tinggi," ujar Astrid.
"Namun saya melihat, di masa depan sepertinya konsep rumah pintar akan semakin dicari, dan akan menjadi bagian dari kebutuhan mutlak sebuah keluarga. Mengingat fungsi utama teknologi ini sebetulnya membuat operasional rumah menjadi aman, nyaman, dan efisien," ambah dia.
Patutkah diterapkan?
Astrid menilai konsep rumah pintar sangat layak untuk diterapkan di Indonesia. Apalagi saat ini masyarakat sudah sangat melek teknologi.
"Saat ini dengan adanya perubahan gaya hidup dalam keluarga, misalnya suami dan istri bekerja sehingga rumah kosong pada siang hari, dan pergeseran kebutuhan pokok yang selalu terhubung dengan internet, maka smart home technology sangat menunjang operasional sehari-hari sebuah keluarga," ungkap dia.
Ia menambahkan, konsep rumah pintar tidak hanya mendukung gaya hidup yang lebih praktis, aman, dan nyaman, tetapi juga menjadikan penggunaan listrik, gas, dan sebagainya lebih efisien dan tepat, karena disesuaikan dengan jadwal dan kebiasaan pemilik rumah.
Ketika ditanya soal area mana yang lebih tepat sasaran, menurut Astrid sebenarnya seluruh wilayah di Indonesia cocok dengan konsep ini. Tetapi tetap tergantung dari tipe teknologi yang digunakan dalam produk atau brand smart home tersebut, serta ketersediaan infrastruktur di area tersebut.
"Di kota besar tentunya rumah pintar ini dapat diterapkan lebih optimal dibanding daerah terpencil. Faktornya jelas, karena kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, ditunjang oleh berbagai infrastruktur seperti jaringan listrik, jaringan internet, dan sinyal radio yang lebih stabil," ujar Astrid. (Fathia A/Ahm) Liputan 6 untuk Properti247. (Properti Indonesia)
Setelah perang dunia kedua, secara tidak langsung penggunaan peralatan rumah tangga elektronik semakin marak dipasarkan karena adanya peningkatan pendapatan dan Peningkatan ekonomi keluarga.
Setelah penemuan microprocessor pada awal 1970-an, model pertama smart home dikembangkan pada 1975 di Amerika Serikat (AS). Alat pertama ini dioperasikan dengan tenaga listrik menggunakan gelombang radio untuk menghantarkan data.
Pada awal 1990-an, teknologi rumah pintar mulai dikembangkan di Belanda bagi lansia, guna membuat hidup mereka menjadi lebih mudah dan nyaman. Pada 1998, eksperimen sistem rumah pintar dikembangkan lebih jauh dan demonstrasi proyek ini dikenalkan pada 2001.
Saat ini penggunaan home automation menggunakan wireless internet technology dan Bluetooth tidak hanya dikendalikan dengan remote melainkan via smartphone.
Lambat laun, penggunaan konsep ini bertumbuh tidak hanya pada peralatan rumah tangga saja, namun untuk mengatur kondisi ruang dalam rumah (pada system HVAC – pemanas air, saluran udara, dan penyejuk udara) dan kondisi keamanan di dalam dan di luar rumah (keamanan rumah, kunci-kunci, dan akses), dan masih banyak lagi.
Perkembangannya di Indonesia
Arsitek Arades Living, Astrid Hapsari Raharjo menuturkan, saat dihubungi Rumah.com, Jumat, teknologi smart home sudah mulai banyak digunakan di Indonesia, walau belum semua pengembang mengaplikasikannya dalam program pembangunan perumahan mereka.
"Hal ini bisa jadi disebabkan oleh mahalnya teknologi tersebut, dan tingkat kebutuhan yang belum cukup tinggi," ujar Astrid.
"Namun saya melihat, di masa depan sepertinya konsep rumah pintar akan semakin dicari, dan akan menjadi bagian dari kebutuhan mutlak sebuah keluarga. Mengingat fungsi utama teknologi ini sebetulnya membuat operasional rumah menjadi aman, nyaman, dan efisien," ambah dia.
Patutkah diterapkan?
Astrid menilai konsep rumah pintar sangat layak untuk diterapkan di Indonesia. Apalagi saat ini masyarakat sudah sangat melek teknologi.
"Saat ini dengan adanya perubahan gaya hidup dalam keluarga, misalnya suami dan istri bekerja sehingga rumah kosong pada siang hari, dan pergeseran kebutuhan pokok yang selalu terhubung dengan internet, maka smart home technology sangat menunjang operasional sehari-hari sebuah keluarga," ungkap dia.
Ia menambahkan, konsep rumah pintar tidak hanya mendukung gaya hidup yang lebih praktis, aman, dan nyaman, tetapi juga menjadikan penggunaan listrik, gas, dan sebagainya lebih efisien dan tepat, karena disesuaikan dengan jadwal dan kebiasaan pemilik rumah.
Ketika ditanya soal area mana yang lebih tepat sasaran, menurut Astrid sebenarnya seluruh wilayah di Indonesia cocok dengan konsep ini. Tetapi tetap tergantung dari tipe teknologi yang digunakan dalam produk atau brand smart home tersebut, serta ketersediaan infrastruktur di area tersebut.
"Di kota besar tentunya rumah pintar ini dapat diterapkan lebih optimal dibanding daerah terpencil. Faktornya jelas, karena kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, ditunjang oleh berbagai infrastruktur seperti jaringan listrik, jaringan internet, dan sinyal radio yang lebih stabil," ujar Astrid. (Fathia A/Ahm) Liputan 6 untuk Properti247. (Properti Indonesia)
Posting Komentar untuk "Konsep Rumah Pintar/Smart Home Bagi Seorang Arsitek"