Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah anak durhaka kakinya dirantai bumi, muka berwajah babi


Kisah ini diambil dari blog grenbara.bravejournal. Bacalah dan ambillah peringatan dari kisah ini. Penulis telah menemu ramah seorang wanita tua yang ingin berbagi pengalamannya tentang sebuah kisah memilukan yang disaksikan suatu ketika dahulu.

Tidak ada yang bisa menghapus ingatan saya tentang cerita ini. Aneh dan menginsafkan jika direnung kembali tentang siksaan Allah terhadap seorang anak yang durhaka kepada ibunya sendiri, "cerita Nek Mariam. Begini ceritanya: Jamilah 20an, (bukan nama sebenarnya) adalah seorang istri yang malang. Dia telah ditinggalkan suami setelah melahirkan anak sulung mereka .


Jamilah terpaksa akur dengan nasib yang menimpanya itu. Untungnya ia masih memiliki orang tua yang peduli akan dirinya. Itulah yang dikata kasih sejati seorang ibu. Tak tertandingi Padahal semenjak kita dalam kandungan lagi kasih sayang sudah dicurahkan sepenuh jiwa dan raga. Setelah Jamilah bergelar janda, Jamilah kembali ke rumah ibunya.

Meskipun Jamilah tidak mendapat kasih sayang seorang suami namun ia beruntung karena masih mendapat kasih sayang dari ibu sejati. Jamilah dan anak kecilnya dijaga dan diberikan kasih sayang dengan sempurna. Soal makan dan minum Jamilah dan anaknya tidak menjadi masalah karena Jamilah masih memiliki ayah yang masih kuat mengerjakan ladang dan sawah. Bapa Jamilah keluar bekerja awal pagi dan pulang sore.

Sementara ibunya tidak banyak kegiatan di rumah hanya memberi makan hewan ternak saja. Adik-beradiknya semua sudah menikah dan membawa haluan masing-masing. Jamilah merupakan anak bungsu dalam keluarga, mengenangkan nasib malang Jamilah, sudah tentu perasaan sayu dan kasihan dari ibunya membuak-buak bila melihat anak dan cucu kecilnya tidak terbela. Usia Jamilah masih remaja bahkan bergelar janda.

Masa remajanya masih belum puas dikecapi apalagi pikirannya masih belum matang dalam arti hidup. Jamilah terasa dirinya begitu bebas dan terlepas dari belenggu ketika hidup bersuami dahulu. Jamilah tidak merasa ada kekurangan pada dirinya malah bertambah yakin karena ia masih muda dan masih terlihat cantik. Segala urusan anak kecilnya diserahkan kepada ibu dengan alasan tidak biasa dengan karenah anak kecil.

Sebenarnya Jamilah malas untuk mengelola anak kecil yang meresahkan. Awalnya, ibu Jamilah tidak perasan, saran saja cucu sendiri, tentu tidak terasa bebannya. Hari berganti hari hidup Jamilah bertambah nyaman. Dia hidup di bawah perawatan yang sempurna. Semua soal makan minum, mengasuh anak kecil dan pekerjaan rumah tangga semuanya diambil alih oleh ibu dan ayahnya. Jamilah hanya menolong ala kadar saja agar kebiasaan malasnya tidak nampak signifikan.

Perangai Jamilah semakin menjadi-jadi. Melaram dengan pakaian-pakaian mode terbaru serta bersolek agar selalu cantik. Suatu hari, Jamilah telah menyampaikan niatnya ingin ke kota untuk menata rambut dengan mode terbaru. Namun ibunya melarang karena menurut orang banyak, kandungan bahan menata rambut ketika itu terbuat dari bahan haram yakni lemak babi. "Ala, bukan nak makan babi tu, hanya sapu atas kepala agar rambut lebih hitam dan mengkilap ...." Jamilah memberi alasan agar permintaannya ditunaikan.

Namun ibunya tetap melarang. Maka terjadilah satu bentrokan antara Jamilah dan ibunya sehingga ia tega mengeluarkan kata kasar sambil menyumpah-nyumpah ibunya. "Binatang babi! Binatang anjing!" kata Jamilah semakin berani setelah melihat ibunya diam sambil meneteskan airmata. Jamilah masih keras kepala, nafsunya untuk terlihat cantik dan modis semakin meluap-luap sampai tidak peduli lagi soal halal dan haram.

Tujuannya supaya banyak orang melihat dirinya cantik macam primadona. Sekaligus saham dirinya akan naik mengatasi anak-anak dara sunti di desa itu. Petang itu, bila Jamilah baru pulang dari pekan menata rambut, tiba-tiba ia mendengar suara anak kecilnya menangis kuat terisak. Hati Jamilah naik radang karena ia sangka ibunya sengaja membiarkan anaknya begitu karena ingin membalas dendam. Dengan bengis, Jamilah terus naik ke rumah dan jadi seperti orang yang kerasukan setan, terus melesat ke kamar anaknya yang menangis itu.

Anaknya diambil dan ditempatkan di satu sudut di dapur dan langsung menuju ke kamar ibunya untuk bertindak sesuatu. Mulutnya tidak henti-henti mengomel sambil menyumpah-nyumpah. Begitu ia masuk, terlihat ibunya sedang mengerjakan shalat. Karena terlalu marah, dikala ibunya sedang sujud, beliau bertindak menendang ibunya sambil berkata "Oi babi, anjing, kera! Tak bisa berharap .... menyusahkan orang, celaka!" Ibunya yang jatuh tersungkur di hadapan sejadah bangun mengaduh dan keheranan.

Dia tidak tahu apa sebabnya Jamila tiba-tiba naik angin. Setelah beberapa lama berlinanganlah airmata ibunya ketika menyadari hal nyata. Sebenarnya bukan niat ibunya membiarkan cucunya itu menangis sendirian, ketika itu beliau sedang shalat, maka terpaksalah membiarkan anak itu sebentar. Sudah seberapa daya beliau menyegerakan shalatnya setelah sadar cucunya menangis kuat, namun belum sempat selesai shalat, Jamilah terlebih dahulu datang menyepak punggungnya.

Hati ibu mana yang tak hancur remuk mengenangkan anaknya yang sampai hati dan tega melakukan sebegitu terhadapnya dibandingkan kasih sayang yang telah dituangkan secukupnya demi anak tercinta. Ibu mana yang tidak sayangkan anak .... dalam kondisinya yang sakit seluruh sendi akibat tersungkur atas tikar sembahyang tadi, ia telah berdoa pada Allah agar dapat diampuni dosa anaknya itu. Dengan takdir Allah, tiba-tiba Jamilah berteriak dari arah dapur. Macam sesuatu yang telah terjadi pada Jamilah maupun cucunya. Dengan lemah lunglai, buru-buru ia pergi mendapatkan Jamilah.

Jeritannya sungguh kuat sampai tetangga terdekat dapat mendengarnya. Tambahkan terkejut ketika kami semua menyaksikan seutas rantai besi tiba-tiba saja keluar memecah lantai dapur dan melilit dan merantai kaki Jamilah dengan kuat. Jamilah menjerit kesakitan dan anak yang dikendong lewatkan dalam dakapannya.

Ibu Jamilah setengah pingsan melihat kondisi Jamilah sebegitu. Jelas Nek Mariam yang merupakan salah seorang yang menyaksikan keajaiban Allah Yang Maha Esa itu. Maka berduyun-duyunlah orang desa datang untuk membantu melepaskan pegangan rantai besi yang melilit kemas di kedua kaki Jamilah. Membungkuk orang mencoba memotong besi itu namun tidak berhasil. Jamilah meraung sejadi-jadinya karena terlalu sakit.

Akibatnya darah tidak berhenti mengalir membasahi lantai dapur. Setelah beberapa jam berlalu, rantai besi yang memiliki kekuatan luar biasa itu masih juga tidak bisa diuraikan dari kaki Jamilah. Akibat pendarahan yang banyak, Jamilah meninggal di situ juga dengan riak muka yang amat menakutkan. Ibu Jamilah terpaku tidak mampu melakukan apa-apa. Dia sadar itulah balasan Allah terhadap anaknya, cuma dia tidak menyangka secepat itu.

"Anehnya, setelah Jamilah meninggal, rantai itu terurai dengan sendiri lalu masuk kembali ke dalam tanah. Kami semua begitu tertegun dan merasa insaf dengan apa terjadi. Itulah balasan Allah terhadap seorang anak yang durhaka," sambung Nek Mariam sambil meneteskan airmata. Jenazah Jamilah dikelola seperti biasa dan dimakamkan. Upacara membaca ayat suci Al Quran di atas kubur selama 7 hari memang sering dilakukan oleh masyarakat di Pantai Timur dan menjadi satu upacara kebiasaan kepada siapapun yang baru dimakamkan. Selama orang-orang kampung bergiliran membaca Al Quran, maka satu lagi petunjuk dari Allah terjadi. Pada waktu hampir subuh, mereka terdengar satu suara yang meraung-raung dari arah liang lahat.

"Mak ooiii ..... !! Ayah ooiii !! Tolonglah ...! Allah Tuhanku .... minta tolong ...! Mak .... ayah ... tolonglah!" suara mendayu-dayu itu sungguh menyeramkan dan tidak henti-henti, "cerita Nek Mariam lagi. Salah seorang dari mereka bertindak memberitahu pada ibu Jamilah akan suara itu yang mereka diragukan datang dari arah liang lahat. Dengan bantuan tetangga dekat, mereka segera ke kuburan Jamilah untuk menggali kubur itu karena mereka sangkakan Jamilah masih hidup.

Setelah digali, alangkah terkejutnya bila melihat jasad Jamilah yang kaku dan berbalut itu telah berubah rupa. Kepalanya menjadi kepala seekor babi! MasyaAllah .... Banyak orang menyaksikannya .... satu lagi keajaiban yang sengaja Allah ingin memperlihatkan pada hamba-hambanya.

Bertambah sedih dan sayu hati ibu Jamilah melihat kondisi anaknya begitu .... Malam itu ia bermimpi, Jamilah datang kepadanya dengan kondisi yang sangat buruk dan daif sambil berkata: "Tak payahlah ibu mengadakan kenduri arwah untuk saya, karena saya telah keluar dari Islam. ... "menyadari fakta itu ibunya begitu terkejut dan tak henti-hentinya menangis sambil berdoa kepada Allah agar mengampuni dosa anaknya itu.

"Tiadalah kenduri arwah dibuat untuk Jamilah. Itulah cerita tentang balasan Tuhan terhadap hambanya yang berdosa. Dosa pada Tuhan mungkin dapat diampuni jika kita bertaubat nasuha, tetapi dosa pada manusia, lebih-lebih lagi kepada kedua orangtua, harus kita sendiri memohon ampun dan maaf .... Jika tidak tanggunglah dosa itu dan akan dihitung dan dibalas setimpal di akhirat kelak ... "Nek Mariam mengakhiri ceritanya yang penuh keinsafan sesuai untuk kita semua .... wallahualam.grenbara.bravejournal


Posting Komentar untuk "Kisah anak durhaka kakinya dirantai bumi, muka berwajah babi"